Women in a Papuan village plant taro

Perempuan di desa Papua tanam talas untuk dukung ketahanan pangan

Women in a Papuan village plant taroFile – Seorang petani memanen talas di Bogor, Jawa Barat. (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/kye)

Biak, Papua (ANTARA) –ย Terik matahari yang menyengat tak menyurutkan tekad Oktavina, petani di Kampung Sorindiweri, Supiori, Papua, saat mencangkul lahan seluas satu hektare untuk mendukung program budi daya talas (Colocasia esculenta).

Program ini bertujuan untuk menjamin ketahanan pangan bagi masyarakat Papua setempat.

Komitmen ibu-ibu Papua dalam mendukung ketahanan pangan menunjukkan keinginan kuat mereka untuk melestarikan tanaman pangan pengganti beras.

Selain menggarap lahan secara langsung, Oktavina yang memimpin Kelompok Wanita Tani Kampung Sorindiweri itu kerap menjadi penghubung petani dengan dinas teknis pemerintah daerah.

Karakteristik geografis Kampung Sorindiweri dengan sumber daya pertanian dan perikanan yang melimpah harus dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.

Sebagian lahan kebun yang dikelola Oktavina telah dimanfaatkan untuk menanam sekitar 10.000 umbi talas yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi Papua.

Lahan seluas satu hektare tersebut digarap oleh Oktavina dan 10 orang anggota kelompok tani wanita yang dibentuk pada awal tahun 2024.

Pada penanaman perdananya, para perempuan tani ini hanya mengandalkan tenaga dan ketekunan mereka dalam merawat tanaman talas.

Pemerintah Kabupaten Supiori telah menyusun program penanaman talas sebagai alternatif pengganti beras karena tanaman ini kaya akan serat, mengandung antioksidan, berkhasiat obat tradisional, berfungsi sebagai tanaman hias, dan merupakan sumber pangan berkelanjutan.

Sebagai sumber karbohidrat, talas mengandung zat gizi penting bagi tubuh. Talas berfungsi sebagai sumber energi utama dan dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

Penanaman talas ini merupakan wujud kontribusi signifikan perempuan adat Papua dalam mendukung program ketahanan pangan lokal di Tanah Papua.

Inisiatif yang digagas oleh para perempuan Desa Sorindiweri ini sejalan dengan penerapan peraturan presiden yang bertujuan untuk mempercepat diversifikasi pangan lokal.

Peraturan ini merupakan bagian dari upaya strategis untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan.

Selain itu, kegiatan penanaman talas merupakan langkah proaktif perempuan adat Papua untuk mulai memasukkan makanan selain beras ke dalam pola makan mereka.

Dari segi geografis, Supiori memiliki tantangan alam yang cukup besar dalam memenuhi ketahanan pangan, karena terletak di tepi Samudra Pasifik dan rawan bencana alam.

Dengan melibatkan perempuan adat Papua dalam penanaman talas, diharapkan mereka dapat memenuhi tidak hanya kebutuhan pangan Supiori tetapi juga seluruh suku Biak.

Dengan demikian, Sorindiweri akan menjadi desa percontohan bagi inisiatif ketahanan pangan lokal di Indonesia bagian timur.

Data dari dinas pertanian setempat menunjukkan bahwa tanaman talas dapat dipanen dalam waktu sekitar tujuh bulan atau lebih.

Diperkirakan satu hektare lahan dapat menghasilkan antara 5 dan 10 ton umbi talas. Dengan harga pasar talas saat ini (Rp30.000โ€“Rp50.000 per kilogram), petani berpotensi mendapatkan setidaknya Rp150 juta (sekitar US$9.590,78) dari satu kali panen.

Desa Sorindiweri merupakan satu dari 38 desa di wilayah administrasi Kabupaten Supiori. Terletak sekitar 90 kilometer dari perbatasan Kabupaten Biak Numfor dan membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam untuk mencapainya dari pusat Kota Biak melalui jalan darat.

Desa ini saat ini dihuni oleh sekitar 8.105 orang, yang sebagian besar bekerja sebagai petani dan nelayan.

Desa yang bercirikan lahan perkebunan dan berbagai kekayaan sumber daya alam, serta sumber daya laut berupa perikanan ini berkontribusi terhadap upaya penyediaan pangan lokal di Indonesia timur.

Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Supiori, keterlibatan kelompok tani perempuan Papua merupakan kontribusi masyarakat yang sangat berharga untuk memenuhi kebutuhan pangan setempat.

Tingkat keberhasilan budidaya talas terbilang tinggi, apalagi hampir seluruh wilayah Kabupaten Supiori memiliki tanah yang subur sehingga tanaman dapat tumbuh subur, termasuk talas yang dapat tumbuh di hampir semua jenis tanah.

Namun, tanaman talas rentan terhadap serangan hama dan ulat, yang dapat mengganggu pertumbuhannya hingga sembilan bulan setelah tanam.

Beberapa penyuluh pertanian telah mencatat bahwa untuk mengendalikan tanaman yang terserang hama atau ulat, perlu memperhatikan praktik budidaya seperti pengolahan tanah dan penggunaan semprotan hama.

Untuk pengendalian hama secara kimia, insektisida yang efektif juga dapat digunakan.

Sebelum mengelola budidaya talas, ibu-ibu Papua di Supiori menjalankan usaha perkebunan dan menanam sayuran seperti sawi, kangkung, dan cabai di kebun keluarga.

Sayuran yang ditanam membantu memenuhi kebutuhan keluarga dan juga dapat dijual di pasar, menambah pendapatan keluarga hingga Rp150.000 (sekitar US$9,59) per hari.

Dengan menanam talas, potensi pendapatan mereka akan meningkat signifikan dibandingkan dengan menanam sayur-sayuran.

Berita terkait:ย Mempersiapkan landasan bagi ketahanan pangan nasional
Berita terkait:ย Indonesia berbagi praktik ketahanan pangan dengan negara-negara Afrika

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *