Berkas – Seorang anak membaca buku dari koleksi perpustakaan keliling Bemo Baca di Jakarta pada 8 September 2020. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc)
Jakarta (ANTARA) – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan, angka buta aksara di Indonesia menurun signifikan berkat kolaborasi dan sinergi berbagai pihak.
Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Kemendikbud Baharudin menyatakan, berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), angka buta aksara penduduk Indonesia usia 15–59 tahun menurun signifikan pada 2023 dibanding 2022.
“Pada 2022, angka buta aksara sebesar 1,51 persen atau 2.850.851 orang. Pada 2023 turun menjadi 1,08 persen atau 1.958.659 orang,” katanya saat memperingati Hari Aksara Internasional, Jumat.
Ia menjelaskan, penurunan signifikan tersebut berkat strategi yang digagas dan terus dijalankan Kemendikbud, baik di pusat maupun daerah.
Strategi tersebut antara lain pengembangan kurikulum pendidikan literasi dan modul pembelajaran dengan fokus literasi dasar dan lanjutan; verifikasi populasi sasaran; bantuan pelaksanaan program pembelajaran; dan dukungan pemerintah terhadap pendidikan literasi.
Kementerian juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mempercepat penanggulangan buta aksara di daerah dengan tingkat buta aksara tinggi dan bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik untuk mengolah data literasi.
Baharudin menambahkan, Kementerian telah berupaya meningkatkan literasi, khususnya di kalangan pelajar, melalui penerapan Kurikulum Mandiri, penyaluran buku, program pemulihan pembelajaran, dan renovasi sarana literasi bagi anak berkebutuhan khusus.
Selain itu, Kementerian juga meningkatkan layanan dan kegiatan literasi, seperti Taman Bacaan Rakyat dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.
Ia menegaskan, Indonesia tetap berkomitmen untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan memberantas buta aksara dan meningkatkan literasi dan numerasi di semua jenjang pendidikan.
Leave a Reply